Contoh Teks Sungkeman Untuk Ortu Dan MertuaSalah satu ritual yang sangat mengharukan dalam seremonial upacara pernikahan adalah saat duduk bersimpuh (sungkeman) pada orangtua dan mertua. Sangat mengharukan karena pada saat itulah orangtua dan mertua telah merasa berhasil menuntaskan putra-putrinya menuju kemandirian membentuk keluarga. Bagi sang pasangan nikah juga menjadi momen penting buat mereka untuk meminta ridho dan restu melepas diri dari tanggungjawab orangtua mereka dan memulai mengarungi hidup mereka berdua.
Ritual sungkem ini awalnya berasal dari ritual pernikahan masyarakat Jawa. Salah satu unsur utama dalam ritual sungkeman adalah untaian kalimat sungkem, di mana untaian kalimat tersebut diucapkan oleh kedua mempelai dan ditujukan kepada orangtua dan mertua. Berikut salah satu contoh untaian kalimat sungkem yang mungkin suatu saat anda (yang belum menikah / akan menikah) bisa gunakan saat menikah nanti:
Untuk IBU kandung
IBU, hari ini kami bersimpuh di haribaanmu, untuk merasakan kembali kasih sayangmu, untuk melebur kesalahan yang kami lakukan padamu, dan untuk memohon segala doa restumu.
IBU, masih tergambar jelas dalam ingatanmu, perjalanan hidup kami sejak engkau mengandung kami. Sembilan bulan bukanlah waktu yang singkat saat kau harus merasakan kepayahan, keletihan dan kesakitan. Namun semua rasa itu kau jaga untuk kau tukar dengan bahagia.
IBU, belum hilang pula dari ingatanmu, suatu kondisi antara hidup dan mati, sakit yang tiada tara, cucuran keringat dan air mata, bercampur haru dan bahagia, saat engkau melahirkan kami. Memberikan cinta kasih yang hanya kami dapatkan darimu.
Kemudian, entah berapa malammu yang hilang, siangmu yang gersang, waktumu yang terbuang, saat engkau menjaga kami, mendidik kenakalan kami, merawat sakit kami, menghapus tangis kami, dan mendengarkan curhatan kami.
IBU, kesabaran, ketabahan dan pengorbananmu menghadapi kami, bagai ombak yang tidak pernah jera menerjang karang, bagai embun yang memberi kesejukan sebelum datang terik siang, dan bagai gunung kokoh yang tingginya menjulang, semua itu untuk kami, anak-anakmu.
IBU, kini kami telah dewasa. Kami sadar kami belum mampu melukis gurat senyum di bibirmu, memercik binar bahagia di matamu bahkan berbakti atas semua jasa-jasamu itu. Hari ini kami akan memulai sunnah Rosul yang mulia, dalam sebuah mahligai rumahtangga.
IBU, ajari kami untuk mencinta, cinta yang bermuara pada Allah semata. Bimbing kami untuk bersabar, kesabaran yang tidak lekang diterpa coba. Arahkan kami untuk memahami, kepahaman hidup dalam berbagi suka dan duka.
IBU, kami masih haus dengan segala doamu, doa yang menguatkan ikatan, doa yang meneguhkan kesabaran, doa yang mengikhlaskan pengorbanan, doa yang memberikan kedamaian, doa yang menunjukkan cinta dan kasih sayang, yaitu doa dalam sujud-sujud panjang tahajjudmu, agar kami bisa menggapai sakinah, mawaddah, wa rahmah. Sungguh senyuman kebahagiaan kami adalah senyuman kebahagiaanmu juga.
Untuk AYAH kandung.
AYAH, hari ini kami juga bersimpuh di hadapanmu, sebagai tanda bakti kami atas pengorbananmu, sebagai permohonan kami untuk doa restumu, dan sebagai izin kami agar mengambil alih tanggungjawabmu membina keluarga yang akan kami bangun.
AYAH, walau apapun yang kami lakukan tidak akan pernah dapat mengobati penat lelahmu, tidak akan pernah dapat membayar cucuran keringatmu, tidak akan pernah dapat menggantikan siang malammu, ketika engkau harus menafkahi kami sehingga kami bisa tumbuh dewasa seperti sekarang ini.
Bahkan saat sakit, engkau tetap bersemangat melangkah mencari maisyah. Tidak ingin melihat kami lapar karena tidak punya makanan, tidak ingin melihat kami kedinginan karena tidak punya pakaian, atau tidak ingin melihat kami menangis karena tidak punya mainan. Semua kau upayakan untuk melihat kami ceria.
AYAH, kami tahu semua pengorbanan ikhlasmu itu karena ingin menjaga tawa bahagia di hidup kami, riang gembira dalam canda kami, puas bangga dalam prestasi kami, sopan santun dari prilaku kami, dan kesuksesan saat menghadapi masa depan kami.
AYAH, memang tidak setiap saat engkau memberi belaian, pelukan, dan genggam tangan, tapi engkau selalu mengkhawatirkan kami, berjuang setengah mati mewujudkan pinta kami, memastikan kami bersekolah dan belajar dengan baik, agar dapat menjadi kebanggaanmu.
Kini, saat kami belum membayar semua jasa-jasamu, kami malah harus kembali merepotkanmu untuk hadir di sini sebagai wali yang menikahkan kami. Bila kelak nanti engkau tidak bisa lagi selalu berada di dekat kami, kami tetap mengharap doa terbaikmu agar kami kuat mengayuh bahtera rumah tangga kami.
AYAH, bekali kami tangan kokoh seperti tanganmu yang memberi tanpa pamrih, hati tegar seperti hatimu yang menumbuhkan tekad baja tak kenal lelah, dan pikiran tenang seperti pikiranmu yang membedakan antara haq dan bathil. Kami bersyukur memiliki darahmu mengalir di tubuh kami.
AYAH, semoga airmata haru yang kau titiskan hari ini adalah ridho Allah untuk kami. Satu tugas besar yang Allah berikan untukmu pun telah kau tunaikan dengan menikahkan kami, menyatukan kami, dan melengkapkan separuh dari keIslaman kami.
Kami pasti akan selalu mengingat nasehat-nasehatmu dan akan kami teruskan kepada anak-anak kami. Dan karena doa anak-anak untuk orangtuanya adalah amalan jariyah, semoga kita akan kembali bersatu bersama di surga-Nya kelak. Aamiin...
Kepada IBU Mertua
IBU, ini adalah persimpuhan pertama kami di pangkuanmu, ketika kami telah menjadi putra-putrimu, ketika kami telah masuk ke dalam kehidupanmu, ketika kami telah menjadi bagian dari keluargamu. Ibu terimakasih atas kesempatan terindah yang engkau berikan kepada kami.
Harapan kami kepadamu, jangan anggap kami orang lain bagimu, jangan bedakan kami dengan anak-anak kandungmu. Samakan perlakuanmu seperti kepada mereka. Dukung kami saat kami melangkah dalam kebenaran, ingatkan kami jika melangkah menuju jurang kesalahan.
IBU, di hari pertama kami menjadi putra-putrimu, kami memohon doa dan restumu, kami memohon bimbingan dan arahanmu, karena pada hari ini kami telah berikrar untuk mengarungi samudera rumahtangga berdua, menapak jejak Rasulullah sang suri taudalan. Menjadi pemimpin bagi anak cucu kami nantinya.
IBU, ajari kami tentang kasih sayang, kasih sayang yang tidak lekang dimakan usia. Bimbing kami untuk bersabar, kesabaran yang seluas samudra. Arahkan kami agar saling menguatkan ikatan, ikatan pernikahan dalam bingkai ibadah. Agar kami belajar mendewasakan diri dan membina keluarga berasas Islami.
IBU, beritahu kami dengan budaya keluargamu, ajari kami dengan adat istiadatmu, ajak kami bisa beradaptasi dalam keluarga besarmu. Dan tak lupa kami mohon doa restumu, doakan kami agar bisa menggapai sakinah, mawaddah wa rahmah, dambaan seorang IBU untuk anak-anaknya. Semoga doa bahagiamu menjadi doa bahagia kami jua.
Kepada AYAH Mertua
AYAH, berjuta rasa syukur bisa ikut bersimpuh, berlutut, dan memelukmu di hari ini. Hari penyatuan dua hati yang berbeda, yang tidak akan terjadi tanpa izinmu. Juga kepadamu kami memohon doa restu agar kami menjadi putra-putrimu yang senantiasa berbakti, membalas budi, dan berbagi kasih di sepanjang hidup kami.
AYAH, bahagia rasanya dapat menjadi bagian dari keluarga yang engkau bangun sejak lama, keluarga yang padanya dipenuhi canda tawa dan suka cita. Karena itu, jangan bedakan kami dengan anak-anakmu yang lain. Dalam doamu ada nama kami dan dalam doa kami ada namamu.
Sejak hari ini, samakan kami dengan anak-anakmu yang lain dalam perlakuan maupun perkataan. Dukung kami dalam bertindak benar, teguhkan kami dalam memupuk sabar, dan kuatkan kami dalam menjaga ikrar. Nafas zikir kami akan senantiasa mengingatkan sakinah yang engkau harapkan untuk kami.
AYAH, ajari kami tentang kerasnya kehidupan, pedihnya cobaan, dan kuatnya kesabaran. Bimbing kami untuk saling menumbuhkan kasih sayang, melengkapi kekurangan, melindungi kelemahan, dan berbagi kedamaian. Tuntun kami cara terbaik untuk mendidik putra-putri kami kelak, kokohkan tekad kami dalam memikul tanggung jawab.
Doakan kami agar mendapatkan keberkahan hidup dari pernikahan ini. Karena airmata ini adalah airmata bahagia yang menjadi tiket pertemuan kita di surga sana. Aamiin...
Comments
Post a Comment